Nurtina Manggo ‘Tjuk Nyak Dien’ nya BMR, Peraih Penghargaan Bintang Gerilya

Bagikan Artikel Ini:
Hj Nurtina Manggo, Peraih Bintang Gerilya kelas I oleh Pemerintah Republik Indonesia

Hj Nurtina Manggo, Peraih Bintang Gerilya kelas I oleh Pemerintah Republik Indonesia

BERITATOTABUAN.COM, KOTAMOBAGU –SIAPA sangka wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR) ternyata memiliki segudang tokoh pejuang, yang ikut terlibat langsung dalam proses perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah setahun sebelumnya beritatotabuan.com, mengupas sosok Jendral Ahmad Yunus Mokoginta, (baca : https://beritatotabuan.com/2014/11/a-y-mokoginta-jenderal-dari-bmr-yang-nyaris-dilupakan/ )

Maka untuk saat ini, kiprah dan perjuangan Nurtina Manggo, yang merupakan salah satu pejuang kemerdekaan, di era tahun 1945 mencoba diangkat ke permukaan.

Mungkin belum banyak yang mengenal tentang sosok Nurtina Manggo. Namun, siapa sangka, perempuan ini merupakan salah satu pejuang dalam garda terdepan, untuk mensosiliasasikan kemerdekaan Republik Indonesdia (RI) saat itu, yang sudah dibacakan Ir Soekarno bersama Drs Muhammad Hatta pada 17 Agustus 1945 silam.

“Jadi ceritanya saat itu ada sebuah gerakan yang namanya gerakan 14 Februari tahun 1946 yang dimotori oleh Jendral John Rahasia. Nah, untuk wilayah Bolmong Raya, salah satu motor dari gerakan tersebut adalah nenek saya, Hj Nurtina Goinibala-Manggoi,” ujar Anugerah Begie Chandra Gobel, salah satu cucu dari Nurtina.

Saat itu, kata Beggie Hj Nurtina bersama dengan rekan seperjuangan lainnya, bergerak bersama membawa bendera merah putih, dan kemudian melakukan perjalanan mengitari wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR).

“Nenek saya bersama dengan sejumlah pejuang lain seperti Adampe Dolot, dan Aminulllah Mokobombang melakukan itu dengan tujuan, mensosilisasikan ke seluruh masyarakat kalau Indonesia sudah merdeka. Meski saat itu perjuangan mereka tidak mudah. Sebab, kerap ditodong oleh pasukan Belanda, yang hingga saat itu masih ingin menguasasi Indonesia,” ungkap Begie.

Sebelum gerakan 14 Februari itu pun kata Begie, Hj Nurtina sudah melakukan perjuangan dengan tampil di garda depan dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah belanda. Dimana, dengan perjuangan itu, Pemerintrah Republik Indonesia lantas menganugerahkan penghargaan kepada wanita, yang layak mendapat julukan sebagai ‘Tjut Nyak Dien’ nya BMR.

“Perjuangan yang dilakukan beliau bukan hanya dari dapur atau lewat tulisan. Tapi tampil di garda terdepan bersama tentara untuk melawan penjajahg saat itu. Dengan perjuangan beliau, pemerintah menganugerahkan penghargaan Bintang Gerilya kepadanya,” tuturnya.

Bahkan, dengan perjuangannya itu menurut Beggie, Hj Nurtina rela kehilangan suaminya yang juga sesama pejuang.

“Suami pertama beliau adalah JFK Damopolii, yang kemudian diculik oleh tentara belanda. Lantas beberapa waktu kemudian beliau kembali menikah dengan M. Gonibala. Dimana, anak mereka adalah ibu saya Tuty Gonibala,” ucap politisi muda PAN Kotamobagu ini.

Masih menurut Beggie, Hj Nurtina Manggo meninggal di usia 83 tahun pada 2 September 2005 silam.

“Beliau lahir pada 22 November 1922, dan saat meninggal dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kelurahan Mongkonai,” tambahnya.

Soal darah pejuang dan politisi yang mengalir kepadanya, Beggie mengatakan kalau dirinya merupakan generasi ketiga.

“Jadi nenek saya sebelum meninggal sempat diamanahkan menjadi Sekretaris DPRD Kabupaten Bolaang Mongondow, dan kemudian ibu saya pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Bolmong pada tahun 1997 sampai 2004. Langkah mereka itu kemudian diteruskan oleh saya, yang Alhamdulillah terpilih menjadi anggota DPRD Kota Kotamobagu periode ini,” tutupnya. (jun)

Tags:
author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.