Terkait Pementasan Teater Pingkan Matindas, Yasti : Melukai Hati Rakyat BMR

Bagikan Artikel Ini:

Terkait Pementasan Teater Pingkan Matindas, Yasti : Melukai Hati Rakyat BMR
BERITATOTABUAN.COM, Bolmong – Pementasan teater Pingkan Matindas : Cahaya Bidadari Minahasa oleh Institut Seni Budaya Independen Manado (ISBIMA) di eks kantor DPRD Sulawesi Utara, Sabtu 31 Oktober Kemarin, disebut Bupati Bolmong, Yasti Soepredjo Mokoagow sangat melukai hati rakyat BMR.

Menurut Yasti, sosok yang digambarkan sebagai leluhur Mongondow yakni Raja Loloda Mokoagow dalam pentas teater itu, sudah mencoreng kehormatan dan harga diri orang Bolaang Mongondow.

“Sebab telah menodai nilai sejarah. Dan terpenting harus dipahami, Raja Loloda Mokoagow adalah panutan, kehormatan, harga diri seluruh rakyat Mongondow,” ucap Yasti, Senin (02/10/202).

Pentas yang juga ditayangkan secara live streaming di Kawanua TV Manado itu pun dikecam keras oleh Yasti.

“Raja Loloda Mokoagow sangat disakralkan. Sebagai keturunan Raja Loloda Mokoagow, mengutuk pentas seni yang disutradai oleh Achi Breyvi Talanggai,” tegas Yasti.

Dikatakan Yasti, harusnya sang sutradara punya etika dalam menampilkan karya seni dan punya dasar alasan dalam menulis skenario.

“Ini pelecehan terhadap rakyat BMR, harus ada tindakan hukum terhadap karya seni yang jelas menyinggung SARA. Jangan mengangkat harkat suku lain, kemudian menjatuhkan suku Mongondow,” ujar Yasti.

Yasti pun mengaku siap menindaklanjuti permasalah itu ke ranah hukum, dan siap memfasilitasi para tokoh adat, tokoh masyarakat Mongondow untuk melaporkan ke pihak yang berwajib.

“Ini tidak boleh dibiarkan. Kami akan melaporkan masalah ini secepatnya ke pihak penegak hukum,” kata Yasti.

Meski demikian, Yasti tetap meminta masyarakat BMR agar tidak terprovokasi dan menyerahkan persoalan itu kepada aparat hukum.

Juga dijelaskan Yasti, usai menerima informasi terkait pentas itu, pihaknya langsung mencari tahu siapa sutradara dan sekaligus sumber dananya.

Dari penelusuran di dua Dinas Provinsi, ternyata kedua Dinas itu mengaku tidak tahu menahu. Bahkan, dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulut, statusnya hanya terundang di acara tersebut.

Ternyata, setelah ditelusuri lebih jauh, sumber dana teater seni ini berasal dari dana afirmasi Kementerian Kebudayaan yang diusulkan para seniman.

“Jadi dinas kebudayaan dan pariwisata itu ternyata hanya diundang juga. Dana pagelaran pentas seni itu, berasal dari dana afirmasi kementrian kebudayaan,” demikian Yasti.

Diketahui, pentas teatrikal itu menggambarkan sosok Raja Loloda Mokoagow sebagai sosok maniak seks. Dan digambarkan tewas di tangan prajuritnya sendiri atas perintah Pingkan dan kepalanya dipertontonkan setelah dipenggal. (*)

Tags:
author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.