BERITATOTABUAN.COM, BOLTIM – Produksi kopi di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tiap tahun menurun. Hal ini menyusul luas perekbunan kopi yang terletak di Kecamatan Modayag terus berkurang. Tercatat 2016 luas perkebunan kopi 2.365,82 hektar sedangkan 2017 turun menjadi 2347,25 hektar. “2016 luas perkebunan kopi 2.365,82 hektar dan turun pada 2017 menjadi 2347,25 hektar. Setiap tahun berkurang karena, lahan kopi kini menjadi lahan pertanian holtikultura,” kata Kepala Bidang Tanaman Perkebunan, Dinas Pertanian Boltim Kusno Mamonto.
Ia mengaku, berkurangnya lahan kopi dipicu alih fungsi lahan oleh petani menjadi lahan pertanian holtikultura. “Petani kini lebih memilih tanaman cabai, tomat dan sayur-sayuran lainya,” katanya. Sehingga, lanjutnya, produksi kopi di Boltim terus mengalami penurunan tiap tahun. Dari 2016 sebanyak 581 ton dan 2017 turun menjadi 576 ton. “Meski penurunan produksi tak signifikan. Tapi jika alih fungsi lahan terus berlanjut, bisa saja produksi kopi semakin merosot,” lanjutnya.
Kepala Dinas Pertanian Boltim Soetiono mengatakan, untuk pengembangan perkebunan kopi, pihaknya melakukan sosialisasi maupun menerapkan program sambung pucuk. “Kelebihan dari program sambung pucuk, meningkatkan produksi, kualitas buah dan peningkatan pendapatan petani. Kami berusaha memberikan penjelasan terhadap petani, bahwa kopi merupakan icon Boltim,” urainya.
Sementara itu, salah satu petani Kopi, Desa Purworejo, Kecamatan Modayag, Abdul mengaku, setiap tahun lahan perkebunan kopi beralih fungsi menjadi lahan holtikultura. “Selain ada kebun tanaman holtikultura, tanaman kopi tetap dipertahankan. Apalagi, sekarang bukan lagi menanam baru tapi tinggal merawat,” terangnya. (mg3/mon77)