BERITATOTABUAN.COM, KALSEL – Kondisi cuaca yang cukup buruk mewarnai proses pencarian dan evakuasi korban pesawat Air Asia QZ 8501, yang hilang Minggu (28/12/2014) lalu. Dengan kondisi hujan deras, dan tinggi gelombang yang mencapai 3 meter itu, Kepala SAR 224 terpaksa kembali membawa para penyelam dan wartawan yang ikut dalam pencarian itu, ke Pelabuhan Muara Sungai Kumai, di Pangkalan Bun Kalimantan Selatan.
“Cuacanya sangat buruk, jarak pandang kami hanya sekitar 20 meter, ditambah gelombang laut mencapai 2-3 meter, mengakibatkan beberapa kali gelombang itu memukul kaca di anjungan kapal,” ujar Kapten Kapal SAR 224, Ahmad, dilansir beritatotabuan.com, melalui borneonews.
Keputusan itu, kata Ahmad diambil setelah kapal bertolak sekitar 2 jam dari pelabuhan. Dimana, untuk jarak tempuh dari pelabuhan ke lokasi pencarian menurutnya memakan waktu sampai 5 jam.
Disisi lain, kondisi cuaca menjadi penyebab hanya dapat diangkutnya dua jenazah, dari tujuh jenazah yang bisa diterbangkan dari lokasi pencarian di perairan Selat Karimata ke Lanud Iskandar, Pangkalan Bun.
“Kami meminta kapal-kapal yang membawa lima jenazah lainnya untuk segera merapat ke Pangkalan Bun agar helikopter bisa mendekat. Kalau kapal di tengah lautan, dalam cuaca seperti ini, helikopter tidak mampu menjangkau,” kata Kepala Operasional Basarnas di Lanud Iskandar, Supriyadi.
SAR Bangka Belitung juga menyatakan cuaca buruk menghambat keberangkatan kapal yang akan menuju lokasi pencarian jenazah korban kecelakaan pesawat Air Asia dari Manggar Belitung. (bbc)