BERITATOTABUAN.COM, KOTAMOBAGU – Suasana heroic yang muncul saat demonstrasi mahasiswa dan seluruh civitas akademika Universitas Dumoga Kotamobagu (UDK), Senin (16/11/2015) kemarin di gedung DPRD Kota Kotamobagu, tiba-tiba hening. Ini disebabkan dengan pecahnya tangisan dari Wakil Ketua DPRD Kota Kotamobagu, Hi Djelantik Mokodompit SSos ME.
Kejadian itu berawal ketika perwakilan civitas akademika menyerahkan rentetan kronologis konflik yang terjadi antar dua yayasan di UDK, dalam hal ini Yayasan Pendidikan Bolaang Mongondow (YPB) dan Yayasan Perguruan Tinggi Kotamobagu (YPTK), diiringi dengan lagu Mars UDK yang menggebu-gebu.
Usai menyerahkan berkas ke pihak DPRD maupun Pemkot Kotamobagu yang ketika itu diterima langsung oleh Wakil Walikota Kotamobagu, Drs Hi Jainuddin Damopolii, Djelantik yang saat itu memegang microphone tiba-tiba menyerahkan pengeras suara tersebut ke tangan Jainuddin.
“Pak Wakil Walikota. Maaf, saya sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Saya tidak tahan dengan situasi ini,” ucap Djelantik sambil menyeka air mata yang jatuh di hadapan ratusan demonstran tersebut.
Usai menerima para pendemo, Djelantik yang saat itu dikerumuni wartawan tentang kejadian tersebut, menyatakan kalau tangisan tersebut merupakan bentuk rasa keprihatinan dirinya yang sudah tidak tertahankan dengan nasib UDK.
“Saya memiliki anak yang sementara kuliah. Saya bisa merasakan bagaimana perasaan mereka dan orang tua dari mahasiswa yang ada di UDK, ketika Kopertis wilayah IX Sulawesi menutup portal akademik dari UDK,” ucap Djelantik.
Djelantik mengatakan kalau persoalan konflik di UDK tersebut sudah terjadi sekitar 13 tahun silam.
“Semasa saya Walikota, saya pernah mengajak melakukan studi banding dengan seluruh civitas akademika UDK yang saat itu sudah mau melakukan proses penyerahaan pengelolaannya ke Pemkot Kotamobagu,” tambahnya.
Bahkan, sebagai langkah awal agar UDK akan dikelola oleh Pemkot, Djelantik mengatakan kalau pihaknya sudah pernah memberikan gedung dan lahan yang ada di SMU Negeri 4 Kotamobagu untuk bisa dipakai pada aktifitas perkuliahan.
“Itu sebagai langkah awal. Namun, ya seperti itu kini konflik tersebut terjadi lagi, dan akhirnya yang dirugikan jelas-jelas adalah mahasiswa,” tuturnya.
Dirinya pun berharap agar konflik tersebut bisa segera selesai, dan Kopertis wilayah IXD Sulawesi dapat segera membuka kembali portal akademik UDK.
“Ini semata-mata untuk kemajuan pendidikan di Bolaang Mongondow. Kami berharap agar konflik tersebut bisa segera mendapatkan solusi, agar keadaan ini tidak berlarut-larut,” tutupnya. (jun)