DP3A Maksimalkan Peran Masyarakat Untuk Menekan Kekerasan Terhadap Anak

Bagikan Artikel Ini:

 

Ilustrasi

BERITATOTABUAN.COM, BOLTIM -Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) memaksimalkan peran masyarakat yang tergabung dalam forum anak daerah untuk menekan kasus kekerasan terhadap anak. Hal ini diungkapkan Kepala Dinas P3A Boltim Iksan Pangalima melalui Kabid Pencegahan kekerasan dan sosialisasi DP3A, Rahmi Olii, ia mengatakan, pihaknya telah membentuk Forum Anak Daerah di tingkat Kabupaten sejak tahun 2021 lalu. Sementara di tingkat kecamatan akan secepatnya dilakukan pembentukan.
“Forum anak ini sejak tahun 2021 hingga 2022 sudah ada, namun kami belum memiliki forum anak kecamatan, kami akan mengupayakan di tingkat kecamatan. Tapi di Desa sudah ada Forum Anak Desa,” ujar Rahmi Olii melalui sambungan telepon. Kamis 10 Maret 2022.
Ia juga menjelaskan, forum anak di tingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa, akan menjadi pelopor dan pelapor atas tindak kekerasan terhadap perempuan maupun kepada anak.
“Mereka jadi Pelopor dalam hal positif untuk anak-anak dan menjadi Pelapor sebagai pemenuhan aspirasi anak, mereka yang akan menyuarakan itu yang diteruskan ke Sangadi,” kata Rahmi.
Lanjutnya juga, selain forum anak, pencegahan terhadap perempuan dan anak juga turut dilakukan kelompok kecil seperti Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM).
“PATBM semacam kelompok kecil di desa. Tugas mereka mencari tahu, menerima aduan dari masyarakat terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jadi kalau ada kekerasan di sekitar lingkungan, masyarakat bisa melaporkan ke petugas PATBM, lalu petugas laporkan ke Dinas,” jelasnya.
Namun begitu kata Rahmi, PATBM tidak punya wewenang untuk mencari solusi atau memberikan pelayanan.
“Jadi mereka hanya mencatat dan memberikan informasi kepada Dinas. Mereka itu PATBM SK nya dari Sangadi,” ucapnya.
Sementara itu, upaya pihaknya dalam mengantisipasi kekerasan terhadap anak, DP3A memanfaatkan sosial media maupun media massa untuk memberikan edukasi, meski terkendala anggaran.
“Yang menjadi kendala kami tidak ada anggaran, karena semua digeser ke Covid, jadi kami recofusing. Walaupun tidak punya anggaran tapi upaya kami untuk pencegahan melalui sosialisasi dalam bentuk sosial media, forum anak yang sudah ada, kunjungan setiap hari meski tidak ada anggaran,” tutupnya. (Iki)

author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.