Sawah Tempat Ditemukannya Guci Antik di Upai Diduga Pemukiman Leluhur

 

Tomi Mamonto Warga Kelurahan Upai Kotamobagu yang menemukan guci antik di lahan persawahan miliki tetangganya

BERITATOTABUAN.COM, KOTAMOBAGU – Tomi Mamonto, yang kesehariannya bekerja sebagai petani padi, menemukan benda klasik jaman purba di lahan persawahan milik Harisa Hatam, di Kelurahan Upai, Kecamatan Kotamobagu Utara. Ditemui beritatotabuan.com, Selasa (10/04/2018) siang tadi, Tomi mengatakan kalau dirinya menduga kalau lokasi persawahan tempat ditemukannya guci dahulunya adalah pemukiman leluhur. “Biasanya kalau yang ditemukan itu piring-piring antic, maka hampir dipastika lokasi itu adalah kuburan, sebab selain piring pasti ada tulang tengkorak juga ikut ditemukan. Nah, kalau guci seperti ini biasanya dahulu itu adalah pemukiman,” ungkap Tomi.

Dirinya menceritakan kalau awal ditemukan guci tersebut adalah saat dirinya hendak menanam padi. “Saat itu saya sedang persiapan menanam padi, tiba-tiba saya melihat ada benda bulat yang muncul di permukaan petak, saat itu saya masih khawatir untuk menggalinya. Nanti kemudian tepat hari sabtu  tanggal (31/03/2018) sekira pukul 18.00 wita menjelang malam baru saya pergi menggalinya sendirian, ternyata benda tersebut adalah Guci campuran kuningan,” ungkapnya.

Kuat dugaan kalau benda seberap 8 kilo tersebut, merupakan benda peninggalan warga portugis atau belanda yang sempat bermukim di wilayah Bolaang Mongondow. “Dari cerita orang tua, jaman dulu Negara Portugis, Belanda, Cina, Jepang pernah masuk ke Indonesia bertujuan untuk dagang atau barter barang, ada juga yang sekaligus menjajah negara ini, dan mereka juga tembus di Bolaang Mongondow Raya untuk berdagang. Menurut sejarah orang tua kita menceritakan, bahwa nenek moyang kita pada waktu itu sering barter barang dengan negara-negara tersebut ketika masuk ke BMR,” jelasnya.

Masih menurut Tomi, selain Guci ada sejumlah warga Kelurahan Upai juga yang kerap menemukan benda-benda antic lainnya, seperti piring, keris dan pisau, maupun tombak. “Kami berharap kalau ada arkeolog peneliti di kotamobagu maka mungkin benda yang lain masih ada di seputaran sawah itu,” tuturnya. (febri limbanon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.