Herson Mayulu Sebut Ada Tiga Pilar Untuk Memenangkan Pilkada

 

Herson Mayulu
Herson Mayulu

BERITATOTABUAN.COM, BOLSEL – Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) tahun ini, akan menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, mulai dari pemilihan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulut, hingga pemilihan bupati dan wakil bupati di beberapa daerah.
Dimana perheletan pilkada kali ini menarik untuk diikuti, sebab pertarungan incumbent dan penantang baru, para petarung untuk merebutkan menjadi orang nomor satu mulai memasang target dan manuver sendiri. Agar mendapat simpati masyarakat.
Menanggapi hal itu, politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Sulawesi Utara, Hi. Herson Mayulu, SIP biasa disebut (H2M) mengingatkan para kandidat bakal calon, bahwa dalam perhelatan pilkada dimanapun, hanya ada tiga pilar utama yang menjadi penentu untuk mencapai kemenangan, yang pertama kekuasaan kemudian dukungan massa dan yang terakhir adalah uang.
Ketiga hal itu kata H2M, saling berkorelasi untuk membangun strategi mencapai kemenangan. “Interaksi dari ketiga hal ini terutama uang, yang selanjutnya menggiring pasangan calon sampai tunggang langgang bahkan ‘tikang kapala’, berupaya mencarinya,” ujar Anggota DPR RI periode 2019-2024 itu.
Untuk mengejar itu, bahkan kata H2M, ada yang sampai nekat menggadaikan bahkan menjual harta benda milik mereka. Selain itu, tidak sedikit pula yang sampai mengikat hutang dengan janjian pengembalian sekian persen kepada pihak pemodal. “Memang tidak ada kendaraan yang gratis, tidak ada kegiatan politik tanpa biaya. Namun seharusnya kita harus tahu mengukur diri, jangan karena sifat ambisius untuk berkuasa, dengan khayalan setinggi lapisan langit ketujuh, maka semua cara dihalalkan termasuk berhutang kiri kanan,” katanya.
Olehnya, om oku sapaan akrab Herson berharap, jangan sampai peristiwa yang pernah terjadi di daerah lain terjadi di daerah ini. “Karena biasanya sesudah Pilkada, pasti ada yang tertawa, menangis, bicara sendiri, bahkan ada yang lebih parah, berlari lari dijalan raya dan hanya ditemani pakaian celana kolor, karena kalah pilkada dan dikejar kejar penagih hutang,” terangnya.
Dirnya juga menambahkan, memang Pilkada adalah sebuah pesta demokrasi, namun jangan dengan alasan demokrasi khayalannya sampai ke langit ketujuh. “Kita harus sadar, bahwa kita ini manusia hanya penghuni bumi yang ada dibawah langit pertama,” pungkas mantan Bupati Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dua periode itu.(ebby)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.