Kotamobagu, BT – Budayawan muda Anuar Syukur memang telah dipanggil Allah SWT, namun karya-karya dirinya dipastikan akan tetap hidup, di tengah-tengah masyarakat.
Sebagai kenangan, beritatotabuan.com, ingin mengulas sejarah hidup almarhum selama ini.
Anuar Syukur lahir di Kelurahan Motoboi kecil kecamatan Kotamobagu Selatan Sulawesi Utara pada 26 Oktober 1975. Memiliki ayah yang seorang guru SD, Almarhum Djudin Syukur serta ibu Angkina Asiaw, Anuar menghabiskan pendidikan dari SD sampai SMA di Bolaang Mongondow.
Keinginan dirinya untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, menghantarkan Anuar Syukur untuk kuliah di Institut Pertanian Bogor di tahun 1995. Mengambil gelar Diploma III (D-III), Anur berhasil menuntaskannya selama 3 tahu. Tidak berhenti disitu, Anur Syukur lantas di tahun 1998 mencoba mendapatkan gelar sarjana Peternakan di Universitas Muhammadiah Malang. Sayangnya dalam dua tahun perjalanan studinya di UMM, tidak membuahkan hasil.
Meski demikian, semangatnya tak pudar, tahun 2000 Anuar lantas masuk ke Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Malang dan selesai di tahun 2005.
Selama berkecimpung dalam dunia kemahasiswaan, Anuar sempat menjadi anggota Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan IPB di 1996-1997, menjadi Ketua Komisi D Badan Perwakilan Mahasiswa Fapet IPB pada tahun 1997-1998, Staf HMI Cabang bogor 1997-1998, Staf Ketua Forum Pengkaji Hukum untuk Masyarakat (Forma-PHM ; 2000-2001),Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) “Aspirasi” Universitas Widya Gama,m serta Pimpinan umum Majalah Mahasiswa FH Uwiga “konsideran” di tahun 2001-2002, selain itu Anuar pun menjadi anggota Perhimpunan Putra totabuan (Pinotaba).
Anuar sendiri memulai karirnya di bidang penulisan, dengan menulis artikel yang pernah muncul di Suara Merdeka, Suara Karya, Bernas, Wawasan, Surabaya Post, Malang Post.
Dari situ, dirinya lantas mencoba memulai pembuatan tulisan berupa cerita pendek bersambung.
Budayawan muda yang dikenal dengan karya tulisnya itu pun memulai tulisannya dengan judul ‘Sang Pioner, Permainan di Luar Sidang’, dan diterbitkan secara bersambung dalam Harian Malang Post pada tahun 2002).
Cerita bersambung itu lantas diadopsi menjadi novel dengan judul Fatamorgana, dan diterbitkan Kelompok In-Trans Malang tahun 2010.
Mulai menulis novel berupa cerita di tahun 2002, Anuar lantas melanjutkan karya tulisnya dengan membuat novel kedua berjudul ‘Perjuangan Keluarga Tertindas’ yang diterbitkan Balai Pustaka Jakarta tahun 2003.
Selanjutnya, di tahun 2005 Anuar menghasilkan karya terbarunya dengan cerita berjudul ‘Pembela Perlawanan Penyekar’ dan diterbitkan secara bersambung di Harian Sinar Harapan Jakarta.
Tulisan itu lantas dijadikan Nover berjudul ‘Dunia Penyekar Mahasiswa’ yang diterbitkan LKis Yogyakarta.
Dari situ, tokoh muda tersebut mulai menerbitkan novel-novel karya dirinya, seperti’Lain Yang Kucari Lain Yang Kudapat’, ‘Relasi Hitam Sang Aktivis’. Sebelum meninggal, karya tulis terakhir Anuar Syukur adalah ‘Orang Kota Coy’. Dimana,dalam tulisan itu mengangkat khazanah budaya ke mongondowan.
(sumber: novel Anuar Syukur berjudul Lain Yang Kucari, Lain Yang Kudapat).