SIAPA yang tak kenal dengan sosok Drs Hi Djelantik Mokodompit ME. Politisi Golkar yang hingga kini telah malang melintang dalam dunia sosial politik nasional maupun daerah ini, selama ini hanya dikenal sebagai sosok politisi murni. Namun, adakah yang tahu, kalau pria dengan sapaan akrab Papa Raski ini, lahir dan dibesarkan dengan konsep ekonomi kerakyatan?.
Mungkin, sebagian kalangan sudah mengetahui kalau sebelum terjun ke dunia politik, Djelantik merupakan pengurus koperasi, yang kerap melakukan pemberdayaan ekonomi kerakyatan lewat lembaga koperasi itu. Namun, masih sedikit tentu yang mengetahui kalau sebelum terjun menjadi pengurus koperasi, Djelantik memang sudah dikenal sebagai salah satu aktifis muda di masanya.
Terbukti, tahun 1987 nama Djelantik Mokodompit mulai dikenal secara nasional. Hal ini menyusul keberhasilan dirinya, mendapatkan predikat pemuda pelopor bidang Koperasi.
“Saat itu saya menerima penghargaan langsung dari Menteri Pemuda Olahraga (Menpora) kala itu, Ir Akbar Tanjung,” ujar Djelantik, saat bersua dengan beritatotabuan.com, belum lama ini.
Tidak berhenti sampai disitu, aktifitas Djelantik kembali menggeliat dan mulai dikenal khalayak, saat dirinya bersama dengan Marten Taha, yang saat ini menjadi Walikota Gorontalo, menggagas pembentukan perusahaan Olah Karya Pratama Indah (OKPI).
“Tujuan perusahaan itu untuk memberdayakan Organisasi Kepemudaan Islam (OKPI) yang ada, terlebih dalam hal perekonomian, agar mereka bisa mandiri dalam hal ekonomi,” tambahnya.
Berangkat dari pengalaman Djelantik diatas, wajar kiranya jika Mantan Walikota Kotamobagu periode 2008-2013 itu, dipercayakan sejumlah jabatan penting dalam berbagai organisasi kemasyarakatan. Tercatat sedikitnya ada sekitar 2 ormas besar yang pernah digeluti beliau dengan medapatkan porsi sebagai pengelolan keuangan dalam hal ini, menduduki posisi Bendahara.
“Saya pernah dipercayakan menjadi Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulut, serta Bendahara Syarikat Islam Sulut,” tuturnya.
Dengan pengalaman pengelolaan keuangan 2 ormas besar itu, ketika dirinya terjun ke politik, dan memilih Partai Golongan Karya (Golkar) sebagai wadah kekaryaan secara politis, konsep pengelolaan keuangan dalam sebuah organisasi, kian ditekuni Djelantik, dengan dipercayakannya dirinya sebagai Bendahara DPD I Golkar Sulut.
Saat terjun ke dunia politik, dan berhasil mendapatkan mandat rakyat Sulut untuk yang pertama kali, sekitar tahun 1999, ke DPR RI. Djelantik pun kian mematangkan pengetahuan dirinya, tentang mekanisme, kebijakan serta pola perekonomian secara nasional. Ini dibuktikan dengan dipilihnya Komisi VI DPR RI, yang membidangi perekonomian nasional, sebagai ruang untuk dirinya dapat berkarya memperjuangkan aspirasi rakyat.
“Bapak dulu dipercayakan untuk duduk di Komisi VI yang membidangi Perindustrian, Perdagangan, Koperasi UKM, dan BUMN,” ujar Raski Mokodompit, putra sulung Djelantik.
Seakan ingin menyempurnakan pengetahuan dirinya tentang seluruh persoalan kebangsaan, ketika terpilih kembali di tahun 2004, Djelantik lantas dipercayakan menjadi anggota Komisi VIII yang membidangi sosial keagamaan.
“Sekitar tahun 2007 bapak kembali dipercayakan ke Komisi VIII dengan membidangi membidangi Agama, Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan,” tambah Raski.
Setahun di Komisi VIII, Papa Raski lantas mencalonkan diri sebagai Walikota Kotamobagu di tahun 2008. Hasilnya, sudah bisa diprediksi, ‘Uyo’ julukan Djelantik saat maju di Pilwako berhasil menakhodai daerah yang baru saja dimekarkan tahun 2007 itu.
Memimpin Kotamobagu selama 5 tahun, bukan perkara mudah. Pasalnya, daerah yang baru dimekarkan dari induknya Kabupaten Bolmong ini, saat itu masih harus banyak melakukan pembenahan.
Meski demikian, tanggung jawab yang telah diembankan rakyat kala itu ke Djelantik, rupanya membuat dirinya tak patah semangat, untuk membangun Kotamobagu.
Pembangunan infrastruktur berkelanjutan, terlebih dalam hal fasilitas sarana dan prasarana umum, berupa jalan dan jembatan, berhasil dibawah ‘tangan dingin’ Djelantik.
Tidak hanya itu, fasilitas pendidikan terutama yang formal pun tak luput dari perhatian dirinya. Hasilnya, saat ini hampir tak ada sekolah dibawah naungan Pemkot Kotamoabagu, yang rusak berat, menyusul proses rehabilitasi bangunan serta fasilitas di hampir seluruh sekolah di Kotamobagu.
Bahkan, dibawah kepemimpinan Djelantik, supremasi Kota terbersih se Indonesia, berhasil disandang oleh Kotamobagu, dengan memboyong piala Adipura selama 2 tahun berturut-turut.
Kepemimpinan Djelantik selama menjadi Walikota Kotamobagu periode 2008-2013, kian menegaskan kiprahnya sebagai seorang politisi yang senantiasa memperhatikan persoalan sosial, kemasyarakatan, pembangunan dan keagamaan. Terbukti, di era kepemimpinan dirinya, pembangunan segala sektor, baik suprastruktur dan infrastruktur berjalan cepat, tepat, serta tertata.
Menariknya, meski sempat menelan pil pahit kekalahan, saat dirinya kembali mencalonkan diri sebagai Walikota di tahun 2013 lalu, Djelantik masih meninggalkan secercah prestasi, dengan diraihnya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), untuk pengelolaan keuangan Kotamobagu di tahun 2013.
Lebih menarik lagi, sebab kekalahan dirinya dalam Pilwako 2013 justru tak membuat dia patah semangat, untuk terus mengabdikan dirinya dalam lingkup sosial politik kemasyarakatan. Buktinya, di tahun 2014, Djelantik kembali terpilih sebagai anggota DPRD Kotamobagu, dengan menduduki posisi sebagai Wakil Ketua DPRD Kotamobagu.
Kini, meski masih duduk di Wakil Ketua DPRD Kotamobagu. Salah satu tokoh sentral Bolmong Raya ini, tengah dielus untuk ikut dalam kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub). Lantas, bagaimana tanggapan beliau.
“Kalaupun memang didorong maju oleh masyarakat, tentu sebagai bagian dari masyarakat saya harus siap menjalankan hal itu,” ungkap Djelantik, yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kotamobagu.
Ditanya soal modal sosial, terlebih khusus popularitas, serta peluang keterpilihan dirinya dalam Pilgub nanti, Djelantik mengatakan dirinya tidak khawatir.
“Masyarakat Sulut khususnya yang muslim cukup kenal dengan Djelantik. Terbukti, 2 kali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI, saya bisa dimandatkan dan terpilih,” tutup politisi senior Partai Golkar itu. (junaidi)