BILA FOTOGRAFI melukis dengan cahaya, maka puisi melukis dengan kata-kata. Dua kemampuan ini dimiliki Jamal Rahman Iroth sekaligus. Di Sulawesi Utara, ia dikenal sebagai fotografer professional sekaligus penyair yang produktif berkarya. Karya fotografinya telah diterbitkan dalam sejumlah buku, majalah, dan media massa lainnya, demikian pula puisinya. Dalam proses berkarya, dua talenta yang dimilikinya ini tampak saling mempengaruhi bahkan saling berartikulasi. Lewat karya fotografinya kita disuguhkan zona instingtif yang begitu intim dengan perasaan sunyi, kehampaan, kerinduan, dan gelombang hasrat libidinal, juga kegembiraan. Lewat puisinya kita diajak menjelajahi wilayah fotografi berupa landscape, taferil, komposi, warna, dan cahaya. Jamal berpuisi dengan merayakan pengalaman personalnya di area yang dipenuhi energi psikis yang menurut Carl Gustav Jung, lebih banyak disebabkan adanya suasana ketidakpuasan emosional, sekaligus meringkus pembaca ke dalam pengalamannya sendiri, dan berhasil menampilkan ekspresi artistik yang menandai keberadaban. Dengan berpuisi ia menjelajahi-diri. Menyelami diri sendiri untuk mencari bahasanya sendiri dan realitasnya sendiri. Dengan kehadiran bahasa dan realitasnya itu, ia memaknai hidupnya sendiri, –demikian sepotong catatan Iverdixon Tinungki dalam pengantar Buku Kumpulan Puisi “Torotakon” karya Jamal Rahman Iroth. Penyair yang rajin manggung baca puisi ke mana-mana ini, bermukim di Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara. Lahir di Minahasa Utara, 9 Desember 1979. Ayahnya dari Gorontalo, dan Ibu Minahasa. Jamal –sapaan akrabnya– anak bungsu dari 4 bersaudara. Lulusan Madrasah Aliyah Negeri Manado, pernah kuliah 4 Semester di STAIN Manado, Jurusan Tarbiyah (1998). Selain menulis puisi, ia juga menyutradarai teater dan film. Pernah bekerja sebagai jurnalis radio dan koran harian di Manado. Karya-karya puisinya yang telah diterbitkan: Exodus ke Tanah Harapan (Foto dan Puisi), penerbit Walhi 2006. Buyat, Hari terus Berdenyut (Foto dan Puisi), Banana Publisher 2008. Antologi bersama “Metamorfosis”, Penerbit Teras Budaya, 2015. Antologi bersama “Palagan Sastra”, Penerbit Teras Budaya, 2016. Kumpulan puisi tunggal “Torotakon”, Teras Budaya, 2017. Selain menulis, Jamal juga aktif dalam berbagai pementasan dan pembacaan puisi, di antaranya: Peserta Temu Sastrawan Nasional; Bale Sastra Jakarta 2012. Bintang Tamu Baca Puisi pada Pembukaan Kantor Penghubung Komisi Yudisial Sulawesi Utara 2014. Bintang Tamu Baca Puisi pada Festival Maleo, di Manado Town Square 2015. Penampil utama dalam Festival Konservasi, BKSDA Sulut, di Mega mall Manado, 2016. Baca Puisi pada HUT NU di Bolaang Mongondow Timur Januari 2017. Baca Puisi di HUT ke 7, Spot Photographers Indonesia 2017.