BERITATOTABUAN.COM, NASIONAL – Putri dari Presiden Ketiga yang juga guru bangsa Almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yakni Alissa Wahid, angkat bicara, soal kejadian pengrusakan Mushola di Kabupaten Minahasa Utara, tepatnya di Desa Tumaluntung belum lama ini.
Alissa yang merupakan kordinator Jaringan Nasional Gusdurian menegaskan, kebebasan beribadah dan berkeyakinan merupakan suatu hak konstitusional warga yang harus dilindungi oleh pemerintah, sehingganya pelaku perusakan tempat ibadah tersebut harus diproses hukum, serta mencari otak provokator di belakangan kejadian itu.
“Untuk itu, Jaringan Gusdurian menegaskan, yang paling pertama adalah mengecam segala bentuk perusakan tempat ibadah dengan alasan apapun. Dimana, tindakan tersebut merupakan sebuah bentuk aksi kriminalitas. Yang kedua, kami Jaringan Gusdurian meminta kepada aparat kepolisian untuk memproses hukum pelaku perusakan, serta menjamin keadaan, agar masyarakat bisa berinadah dengan tenang, sesuai dengan agama masing-masing,” tegas Alissa, sebagaimana dilansir lewat detik.com, Jumat (31/01/2020) kemarin.
Selanjutnya, di point ketiga pernyataan sikap Jaringan Gusdurian tersebut, Alissa meminta kepada pemerintah setempat, untuk bisa mendinginkan suasana serta memperbaiki bangunan yang telah dirusak. “Keempat, kami meminta kepada pemerintah untuk meninjau kembali Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri tentang Rumah Ibadah, agar tidak melanggar kebebasan beragama dan berkeyakinan. Perlu dirumusan sebuah aturan yang selaran dengan Undang-Undang Dasar dan standar HAM Internasional,” tambahnya.
Untuk penyataan sikap yang kelima dari Jaringan Gusudrian, Alisaa menghimbau warga agar tetap tenang, dan mempercayakan proses hukum kepada pihak berwajib, serta bersikap bijak dalam media social, dengan tidak menebar umpatan kebencian, serta melebih-lebihkan informasi, baik karena dugaan tidak berdasar (missinformasi) ataupun penyelewengan (disinformasi). “Keenam Jaringan Gusdurian mengajak pemuka agama dan tokoh adat Minahasa untuk terus meneguhkan jati diri orang Minahasa yang memiliki slogan “Torang Samua Basudar”, Kita Semua Bersaudara. Selanjutnya, yang ketujuh, kami meminta kepada seluruh penggerak Gusdurian untuk terus merawat toleransi antar umat beragama, dengan membangun dialog kelompok lintas iman,” paparnya. (dtc/jun)