Oleh : Lembaga Kajian Anugrah Bangsa
Brilliant Move kami sematkan pada bulan Desember 2024 pasca pak Yulius Selvanus Komaling (YSK) terpilih. Kata itu bukan tanpa dasar, tapi kalimat yang datang dalam ruang-ruang diskusi kecil kami, yang juga jauh dari sorotan.
Brilliant move atau Langkah brillian adalah sebutan dalam catur yang menggambarkan sebuah Langkah pengorbanan dan penuh kejutan yang akan memenangkan jalannya pertandingan.
Nah, sekitar januari, sebelum dilantik, tiba-tiba YSK datang tengah malam ke museum kantor kebudayaaan Sulut. Kok ke museum?, Untuk apa?, Kita belum punya jawaban yang tepat kala itu.
8 bulan berlalu, kami terus mengikuti pola kerja pak Yulius dari luar. Mengamati setiap program dan kerja yang dijalankan. Kami menemukan Gerak dan Langkah yang berbeda dari kebanyakan pemimpin.
Di tengah dunia yang bising oleh pencitraan dan kompetisi elektoral, hadir sosok pemimpin yang berjalan unik tapi berdampak nyata dan terukur. Pemimpin yang datang ke museum, menyusuri aset-aset kebudayaan dan aset lainnya milik sulut yang terbengkalai yang entah sudah berapa lama dibiarkan.
Berkunjung ke komunitas kecil dan mensupport untuk menggirahkan kegiatan-kegiatan bernilai (catur, karate, tenis lapangan, kulintang)—bukan karena hal-hal itu mendatangkan suara, tetapi karena ia peduli.
Ia hadir di kegiatan dan tempat lokal yang sering dianggap remeh, masuk ke museum, kolam renang, Gedung Pinkan Matindas, GOR Arie Lasut dan hal-hal kecil yang nyaris dilupakan. Ia mendengarkan warga di komunitas-komunitas yang tidak pernah menjadi viral.
YSK memulai program-program yang jauh dari sorotan: support taman baca dan komunitas literasi, ruang seni kulintang, bahkan sebelum ia dilantik, pak Yulius membeli 10 alat kulintang menggunakan dana pribadi dan membagikannya ke beberapa komunitas. Semua itu dilakukan tanpa panggung, tanpa kamera, tanpa janji-janji besar.
Tapi jangan salah: justru karena diamnya, ia mengejutkan. Gerakannya tidak bisa ditebak, dan sering kali melampaui ekspektasi. Ketika banyak pemimpin sibuk mengukur dampak dari sisi elektoral pemilu, ia muncul dengan inisiatif-inisiatif yang tak terpikir oleh banyak orang.
Tiba-tiba ia hadir membiayai arsip tua, museum dan kantor kebudayaan yang nyaris punah, dan dipenuhi rumput setinggi dada manusia. Eh masih adalagi, tiba-tiba ia memberi ruang bagi seniman lokal, berdialog di Graha gubernur yang menurut para seniman, sebuah kejadian langka terjadi di Sulut.
YSK melangkah ke tempat-tempat yang tidak dianggap, lalu membuktikan bahwa di sanalah sesungguhnya Pembangunan dan letak peradaban dimulai.
Ia tidak menggantungkan komitmennya pada perhitungan politik, tidak melihat komunitas sebagai modal suara. Pemimpin seperti ini mungkin tidak viral. Ia mungkin tidak bicara besar. Tapi jejaknya nyata, dan langkah-langkahnya pelan-pelan membentuk wajah masa depan.
YSK menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan soal tampil paling tinggi, tapi soal siapa yang mau membungkuk paling rendah—untuk menyapa, mendengar, dan bekerja bersama mereka yang sering dilupakan.
Tak salah jika kita sematkan, ia pemimpin dengan Langkah brilian. Kita yakin, ia akan menghadirkan perubahan besar. Ia masih akan bekerja 4 tahun, 4 bulan untuk Sulawesi Utara.
* Founder : Aditya Anugrah Moha
*Direktur : Roy Priyatno Asona






