BERITATOTABUAN.COM, KOTAMOBAGU – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Nayodo Koerniawan SH di Kotamobagu. Ketua KPU Kotamobagu yang sekitar 15 tahun terakhir menduduki jabatan sebagai penyelenggara pemilu di daerah ini, beberapa waktu belakangan terus disebut sebagai salah seorang yang layak diusung dalam hajatan Pilwako kotamobagu di tahun 2018 mendatang.
Nanang, sapaab akrabnya sebelum menjadi seorang penyelenggaara pemilu ternyata merupakan seorang aktifis di Kotamobagu. Jiwa kritis yang dibawa oleh Nanang ke Kotamobagu sehingga sempat mendirikan LSM Lembaga Pemantau Kinerja Eksekutif dan Legislatif (LPEKEL) rupanya tidak lepas dari tempaan yang diterima olehnya semasa menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi. Dari penelusuran beritatotabuan.com, Nayodo sempat tercatat menjadi salah satu kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) bersama dengan rekan seangkatannya Rine Kembuan dan Olfen Egetan.
Usai menuntaskan studi dan mendapat gelar Sarjana Hukum (SH) di Unsrat, Nayodo tenrnyata tidak langsung balik ke Kotamobagu. Tercatat dirinya sempat menjadi pengacara Jakarta. “Saya dilantik menjadi advokat bersama sama dengan gusti Randa waktu itu di Pengadilan Tinggi Jakarta Pusat pada tahun 1996. Saat itu terjadi kerusuhan tahun 1998. Orang tua dan keluarga meminta saya untuk balik ke Kotamobagu,” ungkap Nayodo
Kembali ke Kotamobahu, jiwa kritis Nayodo rupanya tidak hilang, dirinya bersama dengan sejumlah rekan-rekan aktifis lainnya, lantas menggagas berdirinya LSM LPKEL. Dimana, LSM tersebut bertugas untuk mengawasi kinerja eksekutfi dan legislative yang ada di wilayah Bolaang Mongondow Raya pada masa itu.
Dengan modal sebagai aktifis Nayodo lantas mencoba peruntungan untuk mendaftar menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong). Dimana, nasib baik rupanya berpihak pada dirinya. Nayodo lantas dinyatakan lolos dan berhak menjadi salah satu penyelenggara Pemilu tingkat Kabupaten. Ketika wilayah Bolmong dimekarkan menjadi beberapa daerah, termasuk Kotamobagu pada tahun 2007, Nayodo lantas hijrah ke Kotamobagu dan terpilih menjadi Ketua KPU Kotamobagu untuk masa bakti tahun 2008 – 2013.
Kiprah dirinya sebagai seorang penyelenggara pemilu rupanya kian terang benderang. Dari kursi Ketua KPU Kotamobagu pada periode 5 tahun lalu, Nayodo bersama 4 rekan lain dan jajaran Sekretaris KPU serta staff sekretariat lainnya, berhasil membawa lembaga penyelenggara pemilu tingkat Kabupaten tersebut memperoleh gelar sebagai penyelenggara pemilu berintegritas tingkat Nasional.
Dari kiprah yang cemerlang itu, Nayodo lantas kembali melenggang mulus dalam seleksi KPU Kotamobagu di tahun 2013. Dirinya lantas kembali dibaiat untuk memimpin lembaga itu hingga tahun 2018 mendatang.
Namun, kiprah dirinya selama sekitar 15 tahun terakhir, serta kapasitas dan integritas Nayodo rupanya mulai dilirik sejumlah elemen masyarakat, dan kemudian mendorong dia agar bisa diusung menjadi salah satu kandidat di Pilwako Kotamobagu tahun 2018 nanti.
“Nayodo merupakan salah satu asset daerah. Bukan hanya di Kotamobagu namun juga Bolaang Mongondow Raya. Integritas serta sepak terjang beliau selama ini sudah teruji. Wajar jika dirinya kami dorong maju sebagai calon kepala daerah periode ini,” ujar Syarifudin Mokodongan SH, salah satu pemerhati pemerintahan yang juga aktifis muda di Kotamobagu.
Nayodo dikatakan Syarif merupakan sosok yang paripurna dalam memimpin Kotamobagu kedepan. “Latar belakang dia sebagai seorang petani yang cukup sukses juga menjadi tolak ukur, kalau beliau ternyata adalah sosok yang multi talenta. Ketika kita berbicara sosial pemerintahan dirinya cukup paham. Berbicara soal hukum sesuai dengan disiplin ilmunya. Namun, ketika berbicara soal pengembangan usaha pertanian, Nayodo sudah membuktikan kalau dirinya mampu mengelola lahan pertanian dengan hasil yang maksimal,” jelasnya.
Dorongan Nayodo untuk maju sebagai calon kepala daerah, juga datang dari politisi muda Lucky Chandra Makalalag ST. Menurut Lucky, Nayodo merupakan sosok yang bisa mengayomi serta tidak eksklusif dalam pergaulan. “Mungkin hanya beliau yang ketika menjadi Ketua KPU selama tiga periode terakhir, masih bisa duduk dengan menggunakan celana pendek, lantas bercengkarama dengan masyarakat dengan duduk bersila di depan rumah,” imbuh Lucky.
Kesederhanaan serta konsep Nayodo dalam mengawal proses demokrasi di Kotamobagu menurut Lucky sudah teruji. “Penghargaan sebagai KPU paling berintergritas tingkat nasional yang diperoleh Kotamobagu tahun 2014 lalu, merupakan bukti nyata kapasitas dan integritas dirinya,” tandasnya. (jun)