BERITATOTABUAN.COM, BOLTIM -Ini adalah kali pertama Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado mengelar seminar membahas Prospek Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun 2023 bagi Pengembangan dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah, serta Kemampuan dan Kebutuhan Daerah Perbatasan Sulawesi Utara (Sulut). Kegiatan seminar ini berlangsung di Fisip Unsrat pada Rabu 31 Agustus 2022, yang melibatkan kepala daerah sebagai narasumber.
Menariknya, narasumber yang diundang pihak penyelenggara adalah Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Sam Sachrul Mamonto S.Sos M.Si. Selain itu ada juga narasumber lainnya yakni, Directur of Foregin Policy Community of Indonesia, Dino Pati Djalal, Direktur Eksekutif ASEAN Study Center Universitas Indonesia (UI), Edy Prasetyo dan Dosen Fisip Unsrat, Franky Rengkung, S.IP., MA.
Dino Pati Djalal sendiri adalah mantan wakil menteri, kemudian menjabat sebagai duta besar Indonesia berkuasa penuh di Amerika dan juga menjadi juru bicara Presiden di masa SBY.
Ada beberapa hal menarik yang mengemuka dalam pelaksaan kegiatan tersebut, dimana bupati dengan lugas mengupas tentang peluang dan tantangan Indonesia saat menjadi Ketua ASEAN.
Menurut bupati, bahwa Indonesia menjadi Ketua ASEAN saat dunia sedang mengalami ketidak stabilan. Salah satu contoh perang antara Rusia dan Ukranina yang secara langsuang berpengaruh terhadap ekonomi dunia, ketegangan di Tingkok serta kudeta militer di Miyamar. Ditambah lagi dengan persoalan maha berat ditahun 2023 sampai 2024 dimana Indonesia akan mengelar pemilihan secara serentak.
“Ini menjadi pekerjaan yang berat bagi Indonesia tapi Indonesia tetap harus mampu menunjukan kemampuannya sebagai negara yang mampu memfasilitasi semua negara-negara anggota ASEAN serta Indonesia menunjukan sikap netral dan tidak boleh terlibat blok tertentu di negara ASEAN,” papar bupati.
Bupati juga mengungkapkan, dari sisi peluang ekonomi bahwa tahun 2017 lalu Presiden Jokowi telah melakukan pertemuan untuk membahas eksport inport ekonomi antara negara Philipina dan Indonesia dengan cara rool on roll of, General Santos/Davao menuju Bitung yang juga adalah gerbang pasifik, dan masuk Arus Laut kepulawan Indonesia 3.
Tapi lanjut bupati, pembicaraan itu terhambat karena adanya birokrasi yang berbelit belit, hingga pembicaraan itu gagal, sehingga menurutnya bahwa ini yang harus diperbaiki lagi soal aturan dan regulasi serta birokrasi.
Tak hanya itu bupati juga menyingung soal persaingan bahan kualitas eksport yang belum bisa bersaing secara internasional dan ini jelas menjadi kendala bagi Indonesia.
Semnetara Ketua Pusat Studi ASEAN, Dr, Drs Michael Mamentu mengungkapkan bahwa Bupati Boltim di undang menjadi narasumber, karena yang bersangkutan sangat paham dengan isu-isu internasional. Terutama kata dia tentang negara-negara ASEAN.
“Kami bangga bahwa salah satu murid kami memiliki wawasan yang luas. Ini adalah ajang untuk menguji intelektual para narasumber terutama Bupati Boltim, karena yang menjadi peserta dan penanya adalah rata-rata para dosen yang bergelar doktor, tapi beliau mampu menjelaskan dengan cara yang sangat memuaskan,” ungkapnya, sembari menambahkan bahwa tidak semua kepala daerah memiliki kemampuan dalam membahas isu-isu internasional seperti Bupati Boltim,
Hal yang sama juga disampaikan Doktor Femmy Tulusan yang mengatakan kekagumannya terhadap mantan muridnya di pasca sarjana .
“Tentu dengan hadirnya bupati, maka ini merupakan kebanggaan kami dosen-dosen di Unsrat sebab beliau adalah mahasiswa kami,” puji Doktor Femmy.
Reporter : rifki palengkahu