KPMIBM Bandung Nilai P-BMR Hanya Ilusi

Kotamobagu, BT – Ini surat terbuka Kerukunan Pelajar Mahasiswa Indonesia Bolaang Mongondow (KPMIBM) Cabang Bandung, yang diterima beritatoyabuan.com, Selasa (12/11/2014) pagi tadi.

Assalamualaikum wr. Wb.
Salam tabi bo tanob

Segenap masyarakat Bolaang Mongondow sudah terlalu letih untuk menunggu. Masyarakat Bolaang Mongondow sudah kenyang dengan JANJI dan SUMPAH ! Kita tidak ingin disuguhkan mimpi untuk mekar, kita ingin disajikan kenyataan pemekaran yang sesungguhnya. Tapi kita terus menunggu dengan mental yang sudah tertatih-tatih, sangat kelelahan. Padahal rakyat butuh kepastian, rakyat butuh transparansi bukan apologi. Sedangkan wacana pemekaran PBMR masih tertahan-tahan, sosialisasi proses PBMR mulai tenggelam, dan kami tidak mau mimpi rakyat tinggal mimpi. Jangan-jangan wacana pemekaran PBMR hanyalah ILUSI kepentingan elit politik semata.
Setelah sebelumnya pembahasan PBMR sebagai salah satu DOB telah masuk dalam agenda pembahasan DPR-RI, terjadi deadlock, yang menyebabkan penundaan pembahasan. Agenda tersebut kemudian harus dibahas pada DPR periode 2014-2019. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengingat Indonesia sedang mengalami masa transisi di era pemerintahan Jokowi. Kekhawatiran ini muncul dari statement Jokowi pada debat kandidat pertama beberapa bulan lalu, beliau mengatakan bahwa pemekaran hanyalah upaya pemborosan yang tidak perlu, bahkan dia mengatakan, untuk beberapa daerah-daerah otonom akan digabungkan kembali. Ada indikasi bahwa pemekaran daerah baru nanti akan dihalang-halangi.
Sayangnya kekhawatiran kami sebagai mahasiswa yang peduli daerah tidak berkesesuaian dengan sikap pemerintahan daerah yang belakangan ini mulai menunjukan sikap tidak peduli. Kenapa kepedulian mereka ramai hanya ketika proses PILEG dan PILWAKO? Ah.. Jangan-jangan kita dibohongi, dan wacana PBMR hanyalah “uang” untuk membeli suara-suara rakyat dalam pesta pemilihan. PBMR adalah gagasan utopis yang menyandera harapan serta cita-cita kita semua. Tapi jikalau memang itu hanya surga telinga saja, jika memang benar elit politik hanya ingin mewacanakan saja tanpa proses serta usaha, jika memang benar begitu, maka mahasiswa sebagai agen intelektual, agen moral, rausyan fikr, harus berinisiasi mendorong cita-cita Abstrack itu tercapai.
Maka dari itu, kami selaku putra daerah yang tergabung dalam KPMIBM BANDUNG melaksanakan agenda aksi, dengan tema: “1000 FOTO SELFIE & 1000 TANDA TANGAN DEMI REALISASI PBMR”. Di dalam prosesnya, kami mencoba mensosialisasikan Bolaang Mongondow pada warga kota Bandung sebelum meminta foto selfie dan tanda tangan masing-masing mereka. Agenda ini juga dilaksanakan secara teatrikal, dimana salah satu dari kami berperan sebagai pocong, sebagai simbol bahwa SAMPAI KAMI JADI POCONG PUN KAMI TETAP MENDESAK REALISASI PBMR. Setelah itu, 1000 foto selfie yang kami kumpulkan akan kami rangkai dalam satu spanduk yang nantinya akan dikirmkan ke pemerintah daerah sebagai bentuk protes atas tenggelamnya sosialisasi perkembangan PBMR.
Pemerintah Daerah adalah ekspresi daripada kehendak rakyat. PBMR adalah kehendak rakyat. Upaya memanfaatkan wacana PBMR demi kepentingan politik para elit birokratis merupakan sebuah PENGHIANATAN PADA RAKYAT.
Salam Mototompiaan, Mototabian bo Mototanoban. (*/jun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.